Anthony Collins adalah seorang filsuf Deisme[1] dari Inggris yang sangat dipengaruhi oleh John Locke. Suatu hari ia berpapasan dengan seorang Kristen yang sedang menuju gereja. Setelah bercakap-cakap sebentar ia kemudian bertanya kepada orang Kristen ini, “Allah yang kamu sembah itu besar atau kecil?” Orang Kristen ini menjawab “Dua-duanya. Ia begitu besar sampai langit yang mengatasi langit pun tidak dapat memuatnya, tetapi Ia begitu kecil hingga Ia bisa tinggal di hatiku”.
Jawaban ini begitu mengagetkan Anthony Collins sehingga di kemudian hari dia menulis bahwa jawaban orang Kristen yang sederhana itu memberikan pengaruh yang lebih besar kepadanya daripada segala buku filsafat yang pernah dibacanya. Pertanyaanya, “How big is God for you”. Jawaban ini akan menentukan kerohanian kita dan akan mempengaruhi seluruh hidup kita mengenai pengenalan akan Allah, siapa Allah itu, seberapa besar Ia sesungguhnya di dalam hidup kita.
Bila
kita menyelidiki banyak kekhawatiran didalam hidup kita, maka salah satu
akarnya adalah karena kita tidak percaya
Allah mampu memelihara hidup kita. Banyak orang Kristen
menjalani hidup seolah-olah Allah itu tidak ada. Apakah Allah itu real? Apakah ada atau tidak
ada Allah memberi dampak pada hidup kita? Mana yang lebih susah: tidak
ada Allah atau tidak ada uang?, putus pacar atau putus dengan Allah? Ada
orang-orang yang sudah sangat resah dan susah ketika kehilangan mobile phone
selama seminggu, namun tidak merasakan apa-apa bila tidak membaca Alkitab
selama seminggu, atau tidak pergi ke gereja dan berdoa.
How
big is God for you tidak bisa dijawab dengan banyaknya
pengalaman atau luasnya pengertian kita tentang Firman, tetapi bagaimana Firman
itu, yang telah Tuhan nyatakan bagi kita, berpengaruh dalam kehidupan kita.
Rasul Paulus begitu kagum ketika ia diminta untuk membongkar dan menuliskan isi
hati Tuhan yang begitu indah, begitu agung yang mengandung anugerah dan belas
kasihan, suatu kekaguman dari sesorang yang mengenal Allah yang begitu besar
dan begitu berdaulat didalam kehidupan dia.
Ravi Zacharias pernah mengatakan bahwa sense of wonder (Rasa Heran) seseorang terhadap sesuatu semakin lama semakin meningkat. Menurut Ravi Zacharias, disaat umur kita semakin meningkat dan sudah mempunyai pengalaman yang begitu banyak dengan peristiwa yang terjadi didalam hidup kita, maka sesungguhnya hanya Tuhan-lah yang begitu besar yang tidak akan pernah menghabiskan rasa kagum kita sampai selama-lamanya. Ketika kita mengenal dan mengerti Dia secara mendalam, yaitu kemuliaan-Nya, keagungan-Nya, kedaulatan-Nya, cinta kasih-Nya dan pengorbanan-Nya bagi kita, maka kekaguman kita tidak akan habis-habisnya, terpesona kepadaNya seumur hidup sampai selama-lamanya. Biarlah kekaguman kita kepada Tuhan dapat kita cultivate berdasarkan Firman yang telah Tuhan nyatakan kepada diri kita
Ayat yang kita baca diatas adalah bagian ke-dua dari doksologi Paulus yang menyatakan kekagumannya pada Allah. O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Pengetahuan Allah yang mengetahui segala sesuatu secara sempurna. Bandingkan dengan pengetahuan kita yang terbatas dengan pengertian yang tidak sempurna. Memang semakin banyak kita belajar, maka semakin kita sadar bahwa banyak hal yang sebenarnya kita tidak tahu.
Arthur
W. Pink mengatakan, “Allah itu maha tahu, Dia tahu segalanya, Dia tahu segala
kemungkinan, dia tahu segala yang terjadi dan apa yang mungkin akan terjadi,
Dia tahu semua peristiwa, Dia tahu apa yang terjadi di dalam masa yang lalu,
masa sekarang, masa yang akan datang. Semua makhluk Dia ketahui secara detail,
Dia secara sempurna mengtahui setiap detail kehidupan, di sorga, di bumi, di
neraka. Tidak ada yang terlepas dari perbuatan-Nya dan dari perhatian-Nya,
tidak ada yang tersembunyi bagi Dia, tidak ada yang terlupakan oleh Dia, Dia
tidak pernah salah, tidak pernah lupa hingga harus mengubah rencana-Nya.
Dia adalah Allah yang mengetahui segala sesuatu secara sempurna”.Tidak heran Paulus mengatakan pujiannya karena pengertiannya yang dalam tentang Allah. Pengertian ini seharusnya memiliki dampak dalam kehidupan kita, misalnya harus lebih takut kepada Allah daripada takut kepada manusia karena Allah mengetahui pikiran, isi hati, rencana, apa yang kita kerjakan, bahkan semua yang tersembunyi yang orang lain tidak tahu. Namun yang terjadi adalah seringkali tidak konsisten. Kita lebih takut kepada bos daripada kepada Tuhan, padahal ada atau tidak ada bos Tuhan tetap hadir disitu.
Ada
3 hal yang perlu kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan, yaitu:
Pertama, kesadaran ini akan membuat kita menjadi orang rendah hati. Ayub adalah orang benar dan saleh yang mengalami banyak penderitaan yang sangat menyusahkan namun tidak berbuat salah dihadapan Tuhan. Walaupun demikian Ayub juga bergumul dan merasa susah, ditambah lagi dengan kehadiran teman-temannya yang justru menuduh dia telah berbuat dosa yang besar sehingga mengalami segala kesulitan itu.
Ia bertahan dan meminta Tuhan menjawab mengapa ia mengalami kesulitan dan penderitaan seperti ini (yang berlangsung selama 37 pasal), namun Tuhan seolah-olah diam hingga akhirnya pada pasal 38 Tuhan datang dan berbicara kepada Ayub, menjelaskan mengapa Ia membiarkan Ayub menderita dan berbelas kasihan kepadanya. Ia menjelaskan sedemikian rupa dengan tidak menjawab pertanyaan Ayub secara langsung namun Ia menyatakan diri-Nya yang Maha Tahu. “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!”, adalah salah satu dari banyak pertanyaan yang Tuhan ajukan di ayat 38 yang membuat Ayub tersadar betapa kecil dan remehnya dia dihadapan Tuhan yang begitu besar dan berdaulat, yang pada akhirnya membuat ia mampu berkata "Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42: 6). Beginilah salah satu respons dari anak Tuhan yang sejati: merendahkan dirinya dihadapan Tuhan.
Kedua, pengenalan Tuhan yang sempurna pengetahuanNya menghibur kita. Ia yang mengetahui segala isi hati dan pergumulan kita, Ia yang mengetahui segala doa kita. Dalam 1 Samuel 1, Tuhan menjawab permohonan Hana yang berdoa dengan sedih sekali karena terus diejek oleh Penina karena tidak mempunyai anak. Ia mendengar doamu, mengetahui isi hatimu dan akan menjawab permintaanmu yang datang dari hatimu yang paling dalam.
Di dalam Kitab Keluaran Tuhan berkata kepada Musa Aku telah mendengar seruan dan jeritan umatKu Israel. Mereka berteriak karena ditindas dan dianiaya oleh Mesir, dijadikan budak, namun sebenarnya Tuhan sudah menjawab doa mereka 40 tahun sebelumnya, yaitu dengan lahirnya Musa. Tuhan memelihara dan mempersiapkannya menjadi pemimpin Israel keluar dari Mesir karena Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi, mendengar doa umatNya dan sudah mempersiapkan Musa jauh sebelumnya.
Ketiga, pengenalan akan Tuhan mendorong kita untuk mentaati Dia. Dalam Mazmur 139 dinyatakan Dia yang tahu segala sesuatu, turut pula bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Mengenal Allah yang demikian tentulah membuat pe-Mazmur, yang demikian juga seharusnya kita, berkata, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139: 23-24).
Begitu banyak orang di dunia ini yang tidak menganggap Allah seperti apa yang Rasul Paulus nyatakan kepada kita yaitu Allah yang besar Allah yang mulia. Di mata manusia yang tidak mengerti, Allah seperti hal kecil yang remeh tidak berdaya yang bisa diabaikan. Sebagaimana bintang di langit yang oleh mata manusia terlihat begitu kecil karena jaraknya yang begitu jauh. Namun bila kita menggunakan teleskop maka kita mengetahui bahwa bintang itu sebenarnya sangatlah besar, jauh lebih besar daripada bumi.
[1] Kata "deisme" berasal dari kata deus dalam bahasa
Latin yang diartikan sebagai Tuhan atau dewa. Dari kata ini,
konsep keberadaan Tuhan dijelaskan dengan kondisi yang berpisah dari alam
semesta dengan jarak yang jauh. Deisme meyakini bahwa Tuhan hanya berperan
dalam banyak hal berupa, penciptaan alam semesta dan tidak berperan di dalam
pengaturannya. Segala proses yang terjadi di alam semesta dianggap telah
ditetapkan sejak awal penciptaan secara tetap dan sempurna.